Thursday, September 5, 2019
Monday, July 8, 2019
Sunday, July 7, 2019
PEDOMAN MOS / MOPDB / MPLS TAHUN AJARAN 2019/2020 LENGKAP
Sepriano, M.Kom.
July 07, 2019
0
Pedoman Masa Orientasi Siswa ini telah dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri (Permendikbud) Nomor 18 tahun 2016 Tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah. Pada tahun ini istilah MOS akan digantikan dengan nama Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Dengan adanya perubahan nama tersebut, diharapkan dapat merubah paradigma masyarakat luas mengenai pelaksanaan MOS dahulu yang dikenal dengan banyaknya perpeloncoan dan banyak terjadi pelanggaran. Untuk Pedoman MOS tahun ajaran 2019/2020 dan pada tahun ajaran tersebut akan dikenal dengan nama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bisa Anda simak selengkapnya pada artikel di bawah ini.
Masa Orientasi Siswa (MOS). MOS sejak dahulu dari tahun ketahun sangat identik dengan kegiatan perpeloncoan, sebenarnya tujuannya bagus, yaitu untuk melatih mental siswa baru agar lebih kuat dan tidak cengeng. Namun, ternyata pribadi setiap anak berbeda-beda, ada yang senang menerimanya ada juga yang tidak bisa menerimanya sama sekali sehingga menimbulkan tekanan batin dan akhirnya terjadilah sebuah insiden dimana terkadang ada siswa yang sampai jatuh pingsan dan orang tuanya sendiri tidak terima. Selain itu, setelah ditelusuri dan juga banyaknya informasi yang didapat dari berbagai daerah mengenai penyalah gunaan kegiatan MOS ini, Oleh Menteri Pendidikan Bapak Anies Baswedan kegiatan MOS ini lebih diseragamkan lagi, Beliau memberikan himbauan pada tahun 2015 lalu bahwa setiap sekolah diharapkan tidak lagi mengadakan perpeloncoan dan kegiatan yang berbau menyiksa siswa baru. Namun, kenyataannya masih saja tetap ada, meskipun sudah tidak seperti dahulu.
Maka dari itu, pada tahun 2016 lalu. Untuk menseragamkannya, Mendikbud Mengeluarkan Permendikbud nomor 18 tahun 2016 tentang tata pelaksanaan MOS yang sekarang diberi nama menjadi "Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Dalam permendikbud tersebut dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru perlu dilakukan kegiatan yang bersifat edukatif dan kreatif untuk mewujudkan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan. Jadi, sudah tidak ada lagi, yang namanya perpeloncoan, membawa atribut-atribut aneh-aneh, kegiatan penyiksaan terhadap murid baru dan lain sebagainya. Supaya lebih kenal dengan istilah "Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru", yuk simak informasi dibawah ini yang juga diambil dari Permendikbud no.18 tahun 2016. Pengenalan Lingkungan Sekolah adalah kegiata pertama masuk sekolah untuk pengenalan program sarana dan prasarana sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri, dan pembinaan awal kultur sekolah.
Tujuan dari pengenalan lingkungan sekolah adalah;
mengenali potensi diri siswa baru;
membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana sekolah;
menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif sebagai siswa baru;
mengembangkan interaksi positif antarsiswa dan warga sekolah lainnya;
menumbuhkan perilaku positif antara lain kejujuran, kemandirian, sikap saling menghargai, menghormati keanekaragaman dan persatuan, kedisplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan siswa yang memiliki nilai integritas, etos kerja, dan semangat gotong royong.
Nah, yang bertanggung jawab atas kegiatan ini adalah kepala sekolah langsung, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau tindakan melenceng (tidak sesuai) dengan Permendikbud ini maka sekolah sendiri yang akan menerima sanksinya. Maka dari itu, sekolah wajib menugaskan 2 orang guru sebagai pendamping dalam kegiatan ini.
Apabila terjadi perpeloncoan maupun kekerasan lainnya dalam pengenalan lingkungan sekolah maka pemberian sanksi mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan pada Satuan Pendidikan dan peraturan perundang-undangan lainnya. Maka dari itu, untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang tidak diperbolehkan dalam pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru, Dibawah ini ada beberapa contoh kegiatan dan atribut yang dilarang digunakan, yang tertera dalam lampiran di Permendikbud no.18 tahun 2016.
CONTOH KEGIATAN DAN ATRIBUT YANG DILARANG DALAM PELAKSANAAN PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH :
Tas karung, tas belanja plastik, dan sejenisnya.
Kaos kaki berwarna-warni tidak simetris, dan sejenisnya.
Aksesoris di kepala yang tidak wajar.
Alas kaki yang tidak wajar.
Papan nama yang berbentuk rumit dan menyulitkan dalam pembuatannya dan/atau berisi konten yang tidak bermanfaat.
Atribut lainnya yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran.
Contoh Aktivitas Yang Dilarang Dalam Pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah
Memberikan tugas kepada siswa baru yang wajib membawa suatu produk dengan merk tertentu.
Menghitung sesuatu yang tidak bermanfaat (menghitung nasi, gula, semut, dsb).
Memakan dan meminum makanan dan minuman sisa yang bukan milik masing-masing siswa baru.
Memberikan hukuman kepada siswa baru yang tidak mendidik seperti menyiramkan air serta hukuman yang bersifat fisik dan/atau mengarah pada tindak kekerasan.
Memberikan tugas yang tidak masuk akal seperti berbicara dengan hewan atau tumbuhan serta membawa barang yang sudah tidak diproduksi kembali.
Aktivitas lainnya yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran.
Itulah tadi beberapa Informasi yang dapat dijadikan Panduan MOS (Masa Orientasi Siswa) ini. Oh, iya.. jangan lupa ya untuk nama MOS sendiri sudah diubah menjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Beberapa informasi di atas, langsung diambil dari halaman Permendibud no.18 tahun 2016. Untuk lebih jelasnya Silahkan saja unduh berkasnya pada link download di bawah ini:
Materi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah :
1. Wawasan Wiyata mandala
2. Kepramukaan
3. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
4. Cara Belajar Efektif
5. Pendidikan Karakter
6. Tata Krama
7. Pengenalan Kurikulum
8. Pembinaan Mental
Link Download dibawah ini:
DOWNLOAD MATERI MOPDB 2019/2020
Pedoman MOS 2019 - Permendikbud no.18 tahun 2016
CETAK KARTU PANITIA MOPDB
CETAK SERTIFIKAT MOPDB
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA MOPDB
RPP PKN K13 REVISI 2018 KELAS X
Sepriano, M.Kom.
July 07, 2019
0
Banyak sekali perangkat pembelajaran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Yang saya akan share kali ini yaitu perangkat pembelajaran yang biasa diperlukan oleh Guru Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan / PKn khusus untuk SMK yang berlaku yaitu Kurikulum 2013 revisi 2018.
DOWNLOAD
PERANGKAT MENGAJAR MULTIMEDIA K13 REVISI 2018
Sepriano, M.Kom.
July 07, 2019
0
Berikut perangkat mengajar lengkap, RPP, SILABUS, PROMES, PROTA, KALENDER PENDIDIKAN, MINGGU EFEKTIF, ANALISIS ALOKASI WAKTU, PERHITUNGAN KKM. DLL, VERSI TERBARU K13 REVISI 2018 Semoga membantu Silahkan download pada link dibawah ini :
Saturday, June 22, 2019
Tugas Akhir M4
Sepriano, M.Kom.
June 22, 2019
0
TUGAS AKHIR
M4
STUDI KASUS KECERDASAN MAJEMUK SISWA
Oleh : Sepriano
TUGAS
AKHIR MODUL 4
Di suatu kelas terdapat 30
siswa dengan rincian :
1.
Jumlah laki-laki 20 orang,
jumlah perempuan 10 orang
2.
Status sosial 60% adalah anak dari pekerja
buruh pabrik, 20 % PNS, dan 10 % adalah pedagang, 20% adalah pegawai
swasta/BUMN
3.
Minat siswa 50% pada kegiatan olahraga, 10%
pada aspek akademis, 20% pada kegiatan seni, dan 20% pada aspek
ketrampilan
4.
Kemampuan siswa 40% pada batas bawah, 40% pada
batas menengah, dan 20% pada batas tinggi
5.
Preferensi belajar 40% kinestetik, 30% visual,
30% auditory
Pertanyaan
1.
Bagaimana cara mengelola kelas dan
mengakomodasi pembelajaran dengan karakteristik tersebut diatas (ambil
1sub tema pembelajaran/ 1 mapel)
2.
Bagaimana mengembangkan kecerdasan majemuk
dengan karakteristik diatas (ambil 1sub tema pembelajaran/ 1 mapel)
Kerjakan soal-soal tersebut
dalam MS. Word. dan submit pada tempat yang disediakan. Ukuran file yang
diunggah maksimal 10 MB.
PENYELESAIAN
Cara
Mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran karakteristik
Berdasarkan data tersebut
maka dalam mengelola kelas pada proses pembelelajaran saya melakukan:
a. Gender
Dengan jumlah laki-laki
sebanyak 20 orang, jumlah
perempuan 10 orang, jika akan membentuk kelompok diskusi maka lebih efektif
penyebaran gender dengan jumlah yang sama, misal untuk kelompok disusun jumlah
perempuan yang sama atau jumlah laki-lakinya sama. Contoh kelompok terbagi
menjadi 5 kelompok dengan masing-masing anggota kelompok 6 orang terdiri dari 4
orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
b.
Status Sosial
Dengan data yang ada
terlihat bahwa dominan adalah anak dari pekerja buruh pabrik. Pada proses
pembelajaran biasanya masalah yang timbul adalah sarana belajar pribadi bagi
siswa yang kurang beruntung yakni dari keluarga yang ekonominya kurang.
c.
Minat
Pada studi kasus tersebut
diatas, terlihat bahwa minat pada kegiatan olah raga lebih dominan. Kemudian
seni, keterampilan dan yang paling rendah adalah akademis.
Dalam hal ini yang saya
lakukan untuk mengakomodir karakteristik minat dengan cara memberikan
pembelajaran yang menarik, misalnya pada saat materi alat ukur dengan mistar atau jangka sorong maka
saya menggunakan media video agar siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan
visual dapat terakomodir. Saya pun masih memberikan penjelasan dengan penekanan
intonasi yang baik agar siswa dengan minat seni dan keterampilan (kecerdasan auditory) dapat juga
terakomodasi. Tentunya juga meminta siswa untuk mengerjakan tugas mengukur ketebalan meja atau buku,
agar siswa yang kecerdasaan kinestetik dapat berkembang. Dan diperbolehkan
mendengarkan musik saat mengukur
ketebalan meja atau buku dengan catatan voleme disesuaikan agar
tidak mengganggu teman yang lain.
Cara
mengembangkan kecerdasan majemuk
Dari data tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut kecenderungan perkembangan siswanya
mengacu kepada kecerdasan Kinestetik hal ini dapat terlihat dari minat siswa
dan prereferensi. Untuk itu guru hendaknya dalam proses pembelajaran membantu
mengembangakan kecerdasan kinestetik ini.
Kecerdasan
Kinestetik meliputi kemampuan fisik, baik itu kecepatan, kelenturan dan
lain-lainnya. Karakteristik kecerdasan ini adalah :
a. belajar dengan langsung terlibat
b. sensitive dan responsiv terhadap
lingkungan dan sistem secara fisik
c. mendemonstrasikan keseimbangan,
keterampilan dan ketelitian dalam tugas
fisik
d. mempunyai kemampuan untuk
memperbaiki segala sesuatu dan sempurna secara
pementasan fisik.
e. Mengekspresikan ketertarikan pada
karir atlit, penari, ahli bedah atau
pembuat gedung
Untuk
dapat mengembangkan kecerdasan majemuk dapat dilakukan dengan :
·
Lingkungan
fisik : daerah ruang kela, dalam merencanakan ruang kelas, para pengajar
membuat ruangan yang bisa membuat perasaan siswa menjadi senang.
·
Drama
teater, permainan peran, drama kreatif, simulasi (keadaan yang meniru) keadaan
sebenarnya.
·
Gerak
kreatif : memahami pengetahuan jasmaniah, memperkenalkan aktifitas gerak
kreatif, menerapkan gerak kreatif keahlian dasar, menciptakan isi yang lebih
terarah dari aktivitas gerakan.
·
Tari
: bagian-bagian tari, rangkaian pembelajaran melalui tari
·
Memainkan
alat-alat : kartu-kartu tugas, teka-teki kartu tugas, menggambara alat-alat
tambahan, membuat tanda-tanda bagi ruang kelas
·
Permainan
ruangan kelas : binatang buruan ; permainan-permainan lantai besar, permainan
yang merespon gerak fisik secara menyeluruh, permainan yang mengulang hal yang
umum.
·
Permainan
fisik : Karakteristik dari seorang pengajar (tentang) fissik, pendidikan
petualang, jaring laba-laba dll
·
Perjalanan
ke alam bebas.
Dari data yang dipaparkan juga terdapat siswa
yang kecenderungan pada kecerdasan visual (30%). Untuk mengembangkan kecerdasan visual ini
dapat dilakukan dengan cara :
Ø Guru sebaiknya
banyak/dititikberatkan pada peragaan/ media.
Ø Menggunakan
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar
Ø Gunakan warna
untuk menghilite hal-hal penting
Ø Mengajak membaca
buku berilustrasi
Ø Gunakan multi
media (komputer dan video)
Ø Mengilustrasikan
ide-idenya ke dalam gambar.
Sedangkan anak
yang memiliki kecerdasan auditory dapat belajar lebih mudah dengan menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan apa yangdikatakan guru. Siswa tipe ini dapat
mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendah),
kecepatan berbicara dan hal-hal auditory lainya.
Untuk dapat
mengembangkan kecerdasan auditory dapat dilakukan dengan :
v Mengajak siswa
untuk berpartisipasi dalam diskusi
v Meminta siswa
membaca lebih keras
v Gunakan musik
untuk mengajarkan anak
v Diskusikan ide
dengan siswa secara verbal
v Diperbolehkan
merekam materi ke dalam kaset atau yang lainnya.
Dari uraian
tersebut dalam saya terapkan sesuai dengan mata pelajaran yang saya ampu adalah
:
Contoh
di kelas X Multimedia A
Mapel :
PPKn
Materi :
Nilai nilai Pancasila dalam penyelenggaraan Peerintahan
Waktu : 6 Jam Pelajaran
Tempat : Ruang Kelas
Yang saya lakukan
untuk anak anak dengan kecerdasan kinestetik lebih dominan adalah:
v Siswa di ruang kelas dengan buku paket untuk melihat materi
1.
Guru
memberikan tayangan Video materi Penyelenggaraan
Pemreintahan
2.
Lalu
guru memberikan penjelasan ulang dari tayangan video tersebut dengan intonasi dan
penekanan yang baik agar siswa dengan kecerdasan auditory dapat berkembang
3.
Guru
meminta /menunjuk satu siswa maju dan memberikan pendapat nya tentang video
4.
Setelah memberikan pendapatnya , (membuat siswa terlibat langsung)
selanjutnya siswa diminta untuk memberikan
contoh kegiatan penyelenggaraan pemerintah lain nya
Dari kegiatan ini diharapkan :
·
Siswa
dengan kecenderungan kecerdasan kinestetik dapat terlibat langsung pada proses
pembelajaran
·
Siswa
dengan kecenderungan kecerdasan visual dapat melihat tayangan video
·
Dan
siswa dengan kecenderungan auditory juga dapat mengikuti dengan mendengar (
dengan tone suara)
·
Siswa
dengan kemampuan batas tinggi (20%) membantu guru sebagai tutor sebaya dalam
proses pembelajaran
Tuesday, June 18, 2019
Download SKHU Jenjang SMP Terbaru
Sepriano, M.Kom.
June 18, 2019
0
Surat Keterangan Hasil Ujian Sementara merupakan surat pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh instansi sekolah baik SD, SMP , SMA, MA dan SMK yang menyatakan kelulusan siswanya sebelum ijazah diterbitkan. Surat Keterangan Hasil Ujian atau SKHU inilah yang dipergunakan oleh siswa untuk mendaftarkan diri ke jenjang yang lebih tinggi.
Aplikasi SKHU sementara jenjang SD, SMP , SMA, MA dan SMK tahun 2018 ini diharapkan memberikan kemudahan bagi para pengguna atau user pada masing-masing tingkatan sekolah. Aplikasi ini berekstensikan excel sehingga diharapkan mempermudah para user untuk melakukan pengeditan sesuai dengan kebutuhan.
Berikut ini adalah contoh Aplikasi SKHU sementara SMP tahun 2019 dengan menggunakan kurikulum 2006. Aplikasi ini dibuat oleh Sepriano. Entrian yang diperlukan cukup sederhana. Anda hanya mengentri data ke masing-masing menu yaitu Entri data sekolah, Entri data peserta didik dan Entri data Nilai. Bila anda tertarik menggunakan aplikasi ini, silahkan anda unduh pada tautan BERIKUT INI
Tugas Akhir M3 : makalah singkat Penjelasan tentang pengorganisasian informasi pengetahuan dalam ingatan manusia
Sepriano, M.Kom.
June 18, 2019
2
SILAHKAN DOWNLOAD DIBAGIAN BAWAH !!!
Makalah
Tentang Pengorganisasian Informasi
Pengetahuan dalam Ingatan Manusia
Oleh : Sepriano
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berpikir adalah suatu kegiatan mental
yang melibatkan kerja otak. Proses berpikir merupakan proses yang kompleks dan
tidak dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan informasi diolah.
Informasi yang diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh bagian-bagian
yang berfungsi secara khusus. Berpikir juga dapat dikatakan sebagai proses
pengorganisasian informasi dalam ingatan. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental.
Semua informasi yang kita peroleh
terekam di dalam ingatan. Akan tetapi, tidak semua informasi tersebut dapat
bertahan lama dalam ingatan atau hilang karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Ketika individu memperoleh suatu informasi, secara tidak
langsung otak akan memproses informasi tersebut. Apabila dalam pemrosesan
tersebut terdapat perhatian (attention)
pada informasi yang diperoleh, maka akan menghasilkan suatu pemahaman.
Teori pemrosesan informasi didasari oleh
asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting. Dalam proses
pembelajaran terjadi adanya proses informasi kemudian diolah sehingga
menciptakan suasanya yang terencana, dan suasana pembelajaran yang mendukung
(Ellen, 2016:225). Teori pemrosesan informasi ini merupakan teori kognitif
tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan
bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan model pembelajaran tertentu
yang dapat memudahkan semua informasi diproses dalam otak melalui beberapa
indera.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana pengorganisasian
informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia?
2.
Bagaimana model pembelajaran pemrosesan
informasi?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
memahami:
1. Pengorganisasian
informasi dalam ingatan manusia
2. Model
pembelajaran pemrosesan informasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengorganisasian Informasi dalam Ingatan Manusia
Ingatan manusia dibagi menjadi dua, yaitu; memori Jangka
Pendek (Short Term Memory atau STM):
Memori yang memiliki kapasitas terbatas dan hanya berlangsung selama 20-30
detik dalam keberadaannya; dan Memori Jangka Panjang (Long Term Memory atau LTM): Memori yang tidak memiliki batasan
kapasitas dan berlangsung mulai dari hitungan menit hingga selamanya (Rehalat,
2014). Ingatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai alat (daya batin) untuk mengingat atau
menyimpan sesuatu yang pernah diketahui (dipahami, dipelajari, dan sebagainya). Informasi
yang kita peroleh terekam di dalam ingatan melalui proses berpikir.
Informasi yang masuk kemudian diproses dan tersimpan
berkaitan erat dengan kemampuan kognisi seseorang (Frishammar, 2002). Dengan
kata lain, pemrosesan informasi dipengaruhi oleh faktor memori dan kognisi
termasuk kecerdasan seseorang (Frishammar, 2002). Resnick (1981) berpendapat bahwa
dalam psikologi pemrosesan informasi memfokuskan pada struktur pengetahuan dan
pada mekanisme dimana pengetahuan dimanipulasi, ditransformasi dan dihasilkan
dari proses beberapa pemecahan masalah. Pemrosesan informasi didalam pikiran
berlangsung terus-menerus selama adanya informasi baru yang masuk dalam
pikiran.
Komponen pemrosesan informasi dipilah berdasarkan perbedaan
fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Komponen tersebut
adalah:
1.
Sensory
Memory (SM)
Sensory
Memory (SM) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima
dari luar. Di dalam SM informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam
waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.
Working
Memory (WM)
Working
Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi
perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas
(informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan
informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3.
Short
Term Memory (STM)
Short Term Memory (STM) atau memori jangka
pendek memiliki kapasitas yang kecil sekali, namun sangat
besar peranannya dalam
proses memori, yang merupakan tempat dimana kita memproses stimulus yang berasal dari lingkungan kita.
4.
Long
Term Memory (LTM)
Long
Term Memory (LTM) diasumsikan; (a) berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki individu; (b) mempunyai kapasitas tidak terbatas; ( c) sekali informasi
disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Stimulus yang masuk melalui pancaindra diterima oleh Sensory Memory, sensory memory menyimpan
semua informasi sensorik (visual, pendengaran, penciuman, dan haptic) untuk periode yang sangat singkat
dalam bentuk sensoriknya yang mentah. Melalui perhatian yang selektif (selective attention) informasi
dipindahkan ke dalam kesadaran dan memori jangka pendek (short term memory), sedangkan informasi yang tidak lolos attention dilupakan. Hubungan antara memori jangka pendek dan memori kerja (working memory) masih belum jelas namun diibaratkan
jika memori jangka pendek adalah memori sadar maka maka memori kerja adalah
setara dengan catatan post-it. Selanjutnya
dengan rehearsal and encoding
informasi yang telah dipelajari disimpan di memori jangka panjag (Long Term Memory).
Contohnya saat
kita ingin mengingat nomor telepon. Sebagai stimulus awal nomor telepon
ditangkap oleh pancaindra (bisa melalui telinga jika dalam bentuk suara, atapun
mata jika dalam bentuk tulisan). Nomor telepon yang ditangkap melalui
pancaindra disimpan di working memory.
Saat kita mengingat nomor telepon untuk sesaat berarti kita menyimpannya di short term memory. Ketika kita mengulang
secara verbal secara terus menerus dan sewaktu-waktu kerap diulang kembali (recalling) nomor tersebut akan disimpan
di memori jangka panjang (long term
memory).
B.
Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi
Menurut Rehalat (2014)
model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model pembelajaran yang
menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau
pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses
pembelajaran. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif sehingga model tersebut
berorientasi pada kemampaun siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang
dapat memperbaiki kemampuan tersebut.
Model pemrosesan informasi ini
didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual. Ilmu
kognisi (cognitive science) merupakan
kajian mengenai inteligensi manusia, program computer, dan teori abstrak dengan
penekanan pada perilaku cerdas, seperti perhitungan (Simon & Kaplan,
1989). Teori pemrosesan informasi kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Pembelajaran merupakan keluaran
pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia.
Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap
kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1.
Model pemrosesan informasi dari belajar dan
ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi perencanaan dan desain
pembelajaran dalam proses pendidikan. Belajar dimulai dengan pemasukan
stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti performa
pembelajar.
2.
Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan
kepada pembelajar selama pembelajaran berfungsi mendukung yang terjadi pada pembelajaran.
BAB III
SIMPULAN
SIMPULAN
A.
Kesimpulan
Pemrosesan
informasi di dalam pikiran berlangsung
terus-menerus selama adanya informasi baru yang masuk dalam pikiran. Psikologi pemrosesan informasi memfokuskan
pada struktur pengetahuan dan pada mekanisme dimana pengetahuan dimanipulasi,
ditransformasi dan dihasilkan dari proses beberapa pemecahan masalah. Stimulus yang masuk melalui pancaindra diterima
oleh sensory memory. Sensory memory menyimpan semua informasi
sensorik (visual, pendengaran, penciuman, dan haptic) untuk periode yang sangat singkat
dalam bentuk sensoriknya yang mentah.
Melalui
perhatian yang selektif (selective
attention) informasi dipindahkan ke dalam kesadaran dan memori jangka
pendek (short term memory), sedangkan
informasi yang tidak lolos attention dilupakan. Hubungan antara memori jangka
pendek dan memori kerja (working memory)
masih belum jelas namun diibaratkan jika memori jangka pendek adalah memori
sadar maka maka memori kerja adalah setara dengan catatan post-it. Selanjutnya dengan rehearsal
dan encoding informasi yang telah dipelajari disimpan di
memori jangka panjag (long term memory).
Model
pembelajaran pemrosesan informasi adalah model pembelajaran yang
menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan
informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.
Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
DOWNLOAD
DOWNLOAD