Fenomena pornografi di Indonesia - Kamus Mahasiswa

Friday, July 15, 2016

Fenomena pornografi di Indonesia




Masalah pornografi di Indonesia semakin hari kian merebak. Siapapun orangnya akan dengan mudah mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi di Indonesia. Mulai dari film porno, gambar porno, majalah dan cerita porno mudah untuk didapatkan siapapun. Pornografi memiliki usia yang sama panjang dengan usia manusia itu sendiri. Perkembangannya dari masa pra-aksara sampai manusia mengenal peradaban telah mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mulai dari pornografi lukisan yang ada di dinding-dinding gua zaman pra-aksara sampai dengan pornografi internet (media) yang saat ini ada di zaman modern sudah merajalela dan bisa diakses oleh siapapun dengan mudah dan murah.

Sampai detik ini, belum ada riset yang serius tentang gejala pornografi yang bisa menjadi rujukan untuk mengambil kebijakan. Padahal, menurut rilis Menkominfo, Indonesia adalah surga terbesar phaedopilia di Asia. Indonesia adalah negara urutan ketiga di dunia dengan pengakses situs porno di internet. Dan Indonesia juga adalah negara dengan kejahatan seks tertinggi kedua di dunia. Sangat miris, negeri yang mengklaim beragama, negeri yang mengklaim mempunyai Tuhan, dan negeri yang mengklaim memiliki keluhuran, ini ternyata sangat mencandui pornografi.

Tiadanya riset yang serius tentang gejala pornografi di Indonesia menyebabkan kebijakan-kebijakan yang diambil negara bersifat panik dan penuh ambisius. Kebijakan yang dikeluarkan oleh negara bukan kebijakan berbasis riset. Pemblokiran situs-situs porno, misalnya, tanpa dibarengi pendidikan seks yang memadai adalah contoh kebijakan panik itu.

Kurang lebih satu minggu belakangan, saya melakukan mapping singkat situs-situs dengan konten porno di Internet. Ada tiga bentuk situs porno yang membanjiri internet, yakni 1) cerita-cerita cabul berbentuk tulisan, 2) gambar-gambar cabul dan 3) video-video cabul. Ada catatan menarik dari ketiga bentuk situs porno tersebut, yakni sebagian besar berisi perilaku seksual yang "tidak wajar". Incest (persetubuhan sedarah), perselingkuhan, berganti pasangan (swinger), seks ramai-ramai (gangbang) dan pemerkosaan adalah tema-tema cerita yang kerap muncul dalam situs-situs porno tersebut.

Untuk seks ramai-ramai (gangbang) dan pemerkosaan saya mempunyai catatan khusus. Kedua model perilaku seksual itu paling sering dieksplorasi oleh Japannese Adult Video (JAV). JAV adalah sebuah perusahaan produsen film porno terkemuka dari Jepang, yang menjadi kompetitor perusahaan-perusahaan film porno dari Amerika Serikat dan Eropa. Di kalangan remaja Indonesia, film-film porno keluasan JAV sangat digandrungi.

Artinya, anak-anak muda Indonesia, yang gandrung dengan film-film porno keluaran JAV sangat familiar dengan model perilaku seksual berjamaah (gangbang/threesome) dan pemerkosaan. Pertanyaannya, apakah ada  korelasi antara film porno dengan kekerasan seksual yang sekarang lagi marak? Butuh riset yang lebih serius. Namun, dalam bacaan saya, jika konten porno di Internet tersebut dilahap oleh anak-anak di bawah umur, mempunyai dampak yang serius bagi perkembangan psikologi anak tersebut.

Ada satu lagi gejala pornografi yang patut dicermati. Hadirnya film 50 Shades of Grey ternyata menghasilkan gejala baru yakni ketertarikan terhadap seks dengan model bondage atau BDSM. Bondage dan BDSM adalah gaya bercinta dengan teknik-teknik tertentu, memberi rangsangan pada pasangan dengan "siksaan" dan memberi "kesakitan". Namun, bondage berbeda dengan BDSM. BDSM merupakan kumpulan akronim dari bondage (Perbudakan), discipline (Disiplin), Sadism (Sadisme) dan Masacochism (Masakokis). BDSM merupakan kegiatan alternatif seksual yang melibatkan suatu permainan peran, ada yang bertindak sebagai tuan dan ada yang bertindak sebagai budak. Dalam permainan BDSM apakah ada hubungan antara film porno dengan kekerasan seksual yang sekarang lagi marak? Butuh riset yang lebih mendalam. Namun, biasanya dalam permainan ini, perempuaan yang selalu dijadikan objek seksual.

Di internet, terutama paska hadirnya film 50 Shades of Grey, film porno dengan model bondage atau BDSM sangat sering dikunjungi oleh netizen, termasuk netizen-netizen di Indonesia. Uniknya, meskipun film 50 Shades of Grey dilarang beredar di Indonesia namun perbincangan tentang film ini di dunia maya sangat ramai, termasuk di Indonesia. Bahkan di dunia maya, akan kita temukan fakta bahwa di Indonesia telah ada komunitas bondage, yang bahkan secara rutin mengadakan pelatihan atau training yang dimentori oleh seorang yang disebut Master. Data ini diambil dari info sebuah grup bondage di dunia maya, yang mana anggota grup tersebut sudah mencapai 3000 orang.

Mencermati gejala pornografi tersebut, pemerintah perlu mengambil kebijakan-kebijakam yang membumi, tidak potong kompas dengan pemblokiran. Terbukti, para pecandu pornografi ternyata punya cara untuk "menjebol" pemblokiran yang dibuat pemerintah. Pornografi adalah bagian dari subkultur masyarakat modern. Kehadirannya melekat dalam denyut nadi modernitas. Respon terbaik menghadapi pornografi adalah melakukan pendidikan seks sedini mungkin, yang disesuaikan dengan jenjang usia.

Akhirnya, Indonesia perlu mencari cara agar kecanduan terhadap pornografi tidak terus berlanjut. Ada hal yang kontras di negeri ini. Beberapa bulan yang lalu, Connecticut State University merilis peringkat literasi di dunia. Ada 61 negara yang diriset. Indonesia berada di nomor 60, hanya lebih baik dari Botswana. Melek literasi di Indonesia sangat rendah. Namun, di sisi lain, Indonesia adalah negara nomor 3 di dunia pengakses terbesar situs porno.

Artinya, dengan data itu, pikiran orang Indonesia tidak berisi ilmu pengetahuan tetapi berisi hal-hal mesum. Betapapun negeri ini mengklaim sebagai negara bertuhan, negara yang beragama, namun kecabulan menjadi dzikir tiap hari. Ilmu pengetahuan bukan menjadi prioritas.**



(NB: Opini ini juga di muat dalam blosaya)

No comments:

Post a Comment